RESTI PUSPA RINI

RESTI PUSPA RINI

Rabu, 25 Mei 2016

Pengertian Umpan Balik

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Umpan Balik ( Feed Back )
Umpan balik ( feed back ) secara sempit merupakan pesan ataupun media, secara lebih luas umpan balik dalam sebuah proses komunikasi merupakan sebuah balasan yang dikirimkan yang menerima pesan kepada pemberi pesan, setelah menerima pesan dari yang memberikan pesan. umpan balik ( feed back ) ini akan berbentuk langsung setelah penerima menerima pesan.
Umpan balik ( feed back ) merupakan dua kata jadian atau bentukan, dalam bahasa Inggris yang terdiri dari kata feed artinya memberi makan, dan back artinya  kembali, arti harfiah kata ini adalah ‘’memberi makan kembali’’, tapi makna yang sebenarnya adalah ‘’ memeberi masukan kembali.
Umpan balik ( feed back ) adalah informasi yang diperoleh dari hasil proses yang digunakan untuk memandu bagaimana sebaiknya proses itu dilakukan.
Komunikasi merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi yang baik tentunya akan menciptakan hubungan yang harmonis anatarsesama. Keberhasiilan komunikasi ini bila ditinjau dari segi keilmuwan, maka dapat ditelaah berdasarkan unsur-unsur yang ada didalamnya, yaitu komunikan, pesan, media, komunikator, dan umpan balik. Kelima unsur yang merupakan hasil kajian Harold Laswell ini saling berkaitan dan mempengaruhi. Diantara kelima unsur ini, umpan balik merupakan unsure yang paling penting dalam menentukan keberhasilan komunikasi.jadi, umpan balik ( feed back) merupakan satu- satunya elemen yang dapat ‘menjudge’ apakah komunikasi yang telah berlangsung berhasil atau gagal.
Dalam hal pengajaran atau pendidikan  umpan balik sangat diperlukan oleh masing- masing pihak yaitu guru dan peserta didik. Pengajar saat menyampaikan bahan pelajaran pokok sebaiknya dimanfaatkan pula bahan penunjangnya sebagai upaya mendapatkan umpan balik dari anak didik. Kebanyakan kegagalan seorang guru tidak selamanya terpulang pada masalah penguasaan bahan pokok, tetapi juga disebabkan tidak adanya umpan balik antara masing-masing pihak yaitu guru dan anak didik dan juga disebabkan masalah penguasaan bahan penunjang.guru yang hanya menguasai bahan pelajaran pokok belum tentu berhasil mengajar tanpa ditunjang oleh bahan penunjang lainnya. Karena pengetauan yang telah dikuasai oleh anak didik bermacam-macam, maka bahan penunjang sangat membantu guru dalam menyampaikan bahan pelajaran pokok guna mendapatkan umpan balik secara optimal dari anak didik di kelas. Dalam kegiatan pengajaran tidak lain yang harus guru capai, kecuali bagaimana agar anak didik dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas ( mastery ). Masalah ini tetap aktual untuk dibicarakan dari dulu hingga sekarang. Sebab bagaimanapun juga keberhasilan pengajaran ditentukan sampai sejauh mana penguasaan untuk didik terhadap  bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Untuk sampai kesana, yaitu anak didik dapat menguasai semua bahan yang diberikan, tidak gampang, karena hal ini akan terpulang pada masalah bagaimana umpan balik yang diberikan oleh anak didik selama pengajaran berlangsung.[1]
Umpan balik yang diberikan oleh anak didik selama pelajaran berlangsung ternyata bermacam-macam, tergantung dari rangsangan yang diberikan oleh guru. Rangsangan yang diberikan guru bermacam-macam pula dari anak didik. Rangsangan guru dalam bentuk tanya, maka tanggapan anak didik dalam bentuk jawab. Maka jadilah interaksi dalam bentuk tanya jawab juga. Tetapi interaksi yang terakhir ini. Anak didik yang bertanya dan guru yang menjawab atas masalah yang diajukan oleh anak didik setelah diberikan bahan pelajaran.
Penggunaan alat bantu dapat mengembangkan dan dan meningkatkan umpan balik dari anak didik. Sehingga memudahkan pengertian anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Penguasaan bahan dengan pengertian oleh setiap anak didik dapat bertahan lama dalam diri anak didik. Kecocokan penggunaan alat bantu pengajaran mempunyai arti penting untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik.
Penggunaan metode yang bervariasi adalah salah satu strategis untuk membangkitkan motivasi belajar anak didik sehingga umpan balik yang diharapkan dari anak didik terjadi dengan tepat. Strategi penggunaan metode itu guru lakukan untuk mempengaruhi gaya belajar anak didik agar sejalan dengan gaya mengajar guru, kesesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar anak didik dapat menciptakan interaksi dua arah. Umpan balik pun berlangsung selama guru memberikan pelajaran kepada anak didik di kelas.
Sebagai orang yang menginginkan keberhasilan dalam mengajar, guru selalu mempertahankan agar umpan balik selalu berlangsung dalam diri anak didik. Umpan balik itu tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk mental yang selalu berproses untuk menyerap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.

B.     Cara Memperoleh Umpan Balik ( Feed Back )
Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik atau cara yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual. Berikut ini akan diuraikan beberapa cara atau teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik.
1)      Memancing apersepsi anak didik
Anak didik adalah makhluk individual. Anak didik adalah orang yang mempunyai kepribadian dengan cirri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangn dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi lingkungan dimana anak hidup berdampingan dengan orang lain disekitarnya dan dengan alam lingkungan hidup lainnya. Itulah sebabnya, anak sebagai makhluk individual suatu waktu harus hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkup kehidupan sosial dimasyarakat.
Dalam mengajar, Pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipakan dalm melengkapi isi dari bahan pelajaran yang disampaikan. Tentu saja pemanfaatannya tidak sembarangan. Tetapi harus sesuai dengan bahan pelajaran. Pendekatan realisasi ini dirasakan keampuhan untuk memudahkan pengertian dan pemahaman anak didik terhadap bahan pelajaran yang disajikan. Anak mudah menyerap bahan yang bersentuhan dengan apersepsinya. Bahan pelajaran yang belum pernah didapatkan dan masih asing baginya, mudah diserap bila penjelasannya dikaitkan denan apersepsi anak.
pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak. Pertama kali anak menerima bahan pelajaran dari guru dalam suatu pertemuan, merupakan pengalaman pertama anak untuk menerima sesuatu yang baru, dan hal itu tetap menjadi milik anak. Itulah pengetahuan yang telah dimiliki anak untuk satu pokok bahasan dari suatu bidang studi di sekolah. Pada pertemuan berikutnya, pengetahuan anak tersebut dapat dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan, sehingga anak terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan demikian, usaha guru menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki anak didik dengan pengetahuan yang masih relevan yang akan diberikan, merupakan teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik dalam pengajaran.
Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Penjelasan demi penjelasan dapat anak didik cerna secara bertahap hingga jalan pelajaran berakhir. Dengan begitu, guru jangan khawatir bahwa anak didik tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
2)      Memanfaatkan taktik alat bantu yang akseptabel
Guru yang menyadari kelemahan dirinya untuk menjelaskan isi dari bahan pelajaran yang disampaikan sebaiknya memanfaatkan alat bantu untuk membantu memperjelas isi dari bahan. Fakta, konsep, atau prinsip yang kurang dapat dijelaskan lawan kata-kata atau kalimat dapat diwakilkan kepada alat bantu untuk menjelaskannya. Dengan begitu, kelemahan metode ceramah tertutupi. Alat bantu yang cocok dapat menkonkretkan masalh yang rumit dan komplek menjadi seolah-olah sederhana.penjelasan yang guru berikan ditambah dengan meghadirkan alat bantu lebih mendukung untuk menguraikan fakta,konsep atau prinsip. Efektivitas pemahaman anak didik lebih terjamin. Aliran realisme sangat mendukung penggunaan alat bantu dalam pengajaran. Menurut mereka, belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan alat bantu yang mendekati realisasi. Lebih banyak sifat alat bantu yang menyerupai realitas, makin mudah terjadi belajar pada anak didik.[2]
Walaupun begitu, jangan sampai kehadiran alat bantu yang lebih menarik anak didik daripada  pelajaran yang akan diberikan.Bila hal ini yang terjadi, maka guru sebaiknya berusaha mengalihkan perhatian anak didik ke bahan pelajaran yang akan dijelaskan dengan memanfaatkan alat bantu itu. Disini alat bantu dijadikan sebagi taktik untuk meningkatkan konsentrasi anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan, bukan sebagai tujuan bagaimana alat bantu itu dibuat. Tujuan belajar anak didik bukan untuk mengetahui bagaimana guru membuatnya, melainkan bagaimana anak didik dapat menguasai bahan pelajaran dengan tuntas.
Penggunaan alat bantu tidak hanya berlaku untuk anak didik di tingakat SD / sederajat, tetapi dapat juga dilakukan ditingkat SMP/ sederajat atau SMU. Tetapi, memang frekuensi penggunaannya lebih banyak untuk anak didik di tingkat SD/ sederajat, karena pada masa itu anak didik masih berpikir konkret. Penguasaan bahasa anak yang minim dan kurangnya pengetahuan, lebih besar menuntut kehadiran alat bantu dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian ternyata, bahwa alat bantu yang akseptabel dapat dimanfaatkan sebagai taktik yang jitu untuk meningkatkan perhatian anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Umpan balik pun terjadi seiring dengan proses belajar anak didik yang berkelanjutan.
3)      Memilih bentuk motivasi yang akurat
Motivasi memang merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi ke sekolah tanpa motivasi untuk belajar.
Sungguh pun begitu, guru tidak menutup mata bahwa diantara sekelompok anak didik lain yang belum bermotivasi untuk belajar,ada sekelompok anak didik lain yang yang belum termotivasi untuk belajar.
Ketika seorang guru melihat perilaku anak didik seperti itu, maka perlu diambil langkah-langkah yang dapat menimbulkan motivasi untuk belajar bagi anak didik tersebut. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama-sama teman-temannya yang lain.bila tidak, maka sia-sialah bahan pelajaran yang guru sampaikan ketika itu. Dalam usaha untuk  membangkitkan gairah belajar anak didik, ada enam hal yang dapat dikerjakan oleh guru, yaitu :
a)      Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
b)      Menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran
c)      Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari
d)     Membentuk kebiasaan belajar yang baik
e)      Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
f)       Menggunakan metode yang bervariasi
Kemudian ada beberapa  bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna mempertahankan minat anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Bentuk-bentuk motivasi dimaksud adalah :
a)      Memberi angka
b)      Hadiah
c)      Pujian
d)     Gerakan tubuh
e)      Member tugas
f)       Memberi ulangan
g)      Mengetahui hasil
h)      Hukuman

C.    Pentingnya Umpan Balik Dalam Pembelajaran
1.      Dapat mengaktifkan seluruh peserta didik yang tersangkut dalam pembelajaran
2.      Merupakan arena yang memberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat/ kritik membangun dan mendiskusikan suatu masalah yang dihadapi bersama
3.      Dapat kesempatan mengenali diri sendiri dan mendorong untuk memperbaiki
4.      Dapat mengetahui kelemahan sendiri dan mendorong untuk memperbaiki
5.      Dapat membuat seseorang memiliki sikap terbuka terhadap orang lain
6.      Dapat mengembangkan rasa percaya kepada diri sendiri
7.      Dapat memupuk kerja sama
8.      Dapat menyempurnakan keterampilan guru secara bersama-sama
9.      Dapat dijadikan bahan penelitian/ riset praktek kependidikan.[3]

Umpan balik mempunyai peranan yang penting. Baik bagi siswa maupun bagi guru. Pengertian umpan balik dalam kajian ini adalah pemberian informasi mengenai benar atau tidaknya jawaban siswa atas soal/ pertanyaan yabg diberikan, disertai dengan informasi tambahan berupa penjelasan letak kesalahan atau pemberian motivasi verbal/ tertulis. Melalui umpan balik ini, seorang siswa dapat mengetahui sejauh mana bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya. Dengan umpan balik itu pula siswa dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri, atau dengan kata lain sebagai sarana korektif terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri.
Sedangkan bagi guru, dengan umpan balik ia dapat mengetahui serta menilai sejauh mana materi yang diajarkannya telah dikuasai oleh siswa ( Rooijakkers, 1984:23 ).
Pentingnya umpan balik dalam pembelajaran dikelas juga dinyatakan oleh Hopson dan Scally dalm Maryam ( 1994:64 ) yaitu bahwa umpan balik berguna untuk membantu siswa belajar secara berkelompok ( klasikal ) maupun perorangan mengenai kemampuan bagaimana mengoperasikan sesuatu dan dapart mengetahui kemampuan individualnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa umpan balik dapat melatih atau memberikan suatu keahlian atau keterampilan. Dengan demikian, dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, pemberian umpan balik sangat diperlukan. Terlebih jika ditinjau dari penerapan konsep belajar tuntas ( mastery learning ) yang menghendaki semua siswa dapat mencapai tujuan yang dirumuskan secara benar dan maksimal.

Hadist Tentang Umpan Balik shahih Bukhari no.62
حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، ِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ المُسْلِمِ، حَدِّثُونِي مَا هِيَ» قَالَ: فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ البَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: فَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَاسْتَحْيَيْتُ، ثُمَّ قَالُوا:
حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ
Artinya:





[1] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain.Strategi Belajar Mengajar.Rineka Cipta.Jakarta.2006.hlm 141
[2] Syaiful Bahri Djamarah, 1994:94
[3] Ahamad Sabri. Strategi belajar  mengajar dan micro teaching.quantum teaching.ciputat.2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar